Senin, 28 Maret 2011

Kasur Pemberian Bapak

Aku terlahir dari petani miskin, semiskin kami tak makan nasi bila tak panen, tanah pemilik juragan di kampungku.

Aku tak berani meminta apapun kepada Bapakku yang petani ini, sekadar meminta sepatu untuk bersekolah atau sekadar buku tulis yang tulisan atasnya penuh maka segera kubalik untuk berhemat.

Aku tak berani membantah Bapakku, untuk sekadar berkata “Ahh”, karena punggungnya begitu kuat. Aku takut padanya.

Aku tak berani memintanya untuk menemaniku mengambil raport sekolah, karena kesibukkannya disawah yang bukan punya dirinya.

Aku tak berani menawarkan teman-teman utnuk bermain ke rumahku, karena sungguh rumahku tak layak dihuni bahkan untuk kawanan kambing pun demikian.

Tapi tahukah engkau

Aku berterimakasih kepadanya

karena…?

Dengan wajah garang kehitamannya dia memelukku

Berkata…

Nak..!

Engkau mau melanjutkan Kuliah di mana?

Aku tersentak kaget..

Kok bisa? bagaimana mungkin dia bisa mengkuliahkan biayaku yang tak bisa dihitung dengan jari, karena tak ada kalkulator yang kupunya.

"Lihatlah Nak.."

"Ini untukmu semua…"

"Masya Allah…….!"

Bapakku menyobek kasur tempat dia berbaring di malam gelap tanpa pelita sekadar untuk berhemat..

Ampuni hambamu Tuhan.. Aku telah berperasangka buruk denganMU..

Kasur itu……….

kasur itu bukan dipenuhi isi kapuk selama ini..

kasur itu sekarang jadi tempat uang…

Rupiah demi rupiah dikumpulkannya ,menabung di kasurnya yang lapuk…

Oh Tuhan….

Nikmat mana lagi yang akan kudustakan…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar